Bulan Maret telah tiba, sebentar lagi Ujian Nasional,
anak-anak SMP pasti lagi bingung setengah mati mau lanjut sekolah dimana. Mau
di SMA atau SMK? Kalau SMK terus mau jurusan apa?
Ini Saya mau sedikit berbagi
pengalaman Saya waktu sekolah di SMK Jurusan multimedia. Sekali lagi, Saya
hanya mau berbagi pengalaman ya, jangan dianggap menakut-nakuti atau apa, tapi
inilah yang Saya rasakan.
Dalam MM itu yang dipelajari banyak, dari mulai Web, Desain
Grafis, Fotografi, Video, Audio, Animasi, tapi yang paling malesin itu
pelajaran mengenai Alir Proses Produksi & Menyusun Proposal Penawaran. Ya ceritanya
di pelajaran itu kita belajar mengenai proses pra-produksi. Bagaimana menyusun
sebuah karya dari awal sampai akhir sesuai prosedur standar. Yang paling
malesin itu ya kalau mesti bikin storyboard. Saya kan gak bisa menggambar -_-
Prakerin
Bukan SMK namanya kalau gak ada prakerin atau nama tenarnya PKL lah. Saya prakerin di kelas XI semsester II setelah uas hingga awal kelas XII artinya kita gak dapat libur semester karena waktu liburnya dihabiskan ditempat prakerin. Tempat dimana kita bekerja untuk belajar, bukan belajar untuk bekerja. Hari pertama……. alangkah menyedihkannya hari pertama ini. Saya dipindahin ke sebuah toko elektronik. Waktu pertama kita datang kesana, kita dicuekin sama semua pegawai disana, Sakitnya tuh disini. maklum lah orang-orangnya memang pada sibuk, jangankan ngurusin akan prakerin, ngurus kerjaannya sendiri juga udah puyeng kayaknya., da aku mah apa atuh, Cuma anak prakerin yang berharap mendapat ilmu, nilai bagus dan kemudahan dalam membuat laporan tapi hidup tidak sebercanda itu. Momen yang paling malesin adalah waktu HRD bilang kita bakal ditempatkan di bagian pemasaran alias bertemu langsung konsumen, menawarkan produk, bagi2 brosur, dsb oh noooooo kalau niat mau jualan mah udah aja Saya prakerin di toko punya ibu Saya, bakal dibayar pula haha begitu pikir Saya.
Bukan SMK namanya kalau gak ada prakerin atau nama tenarnya PKL lah. Saya prakerin di kelas XI semsester II setelah uas hingga awal kelas XII artinya kita gak dapat libur semester karena waktu liburnya dihabiskan ditempat prakerin. Tempat dimana kita bekerja untuk belajar, bukan belajar untuk bekerja. Hari pertama……. alangkah menyedihkannya hari pertama ini. Saya dipindahin ke sebuah toko elektronik. Waktu pertama kita datang kesana, kita dicuekin sama semua pegawai disana, Sakitnya tuh disini. maklum lah orang-orangnya memang pada sibuk, jangankan ngurusin akan prakerin, ngurus kerjaannya sendiri juga udah puyeng kayaknya., da aku mah apa atuh, Cuma anak prakerin yang berharap mendapat ilmu, nilai bagus dan kemudahan dalam membuat laporan tapi hidup tidak sebercanda itu. Momen yang paling malesin adalah waktu HRD bilang kita bakal ditempatkan di bagian pemasaran alias bertemu langsung konsumen, menawarkan produk, bagi2 brosur, dsb oh noooooo kalau niat mau jualan mah udah aja Saya prakerin di toko punya ibu Saya, bakal dibayar pula haha begitu pikir Saya.
Esok harinya tiba-tiba keajaiban datang melalui teman terkece
Saya yang namanya Rike, dia ngajak pindah ke tempat lain yang sekiranya gak
bakal nyuruh kita jualan lagi.
Setelah selesai tentu ada yang namanya laporan prakerin, fortunately judul Saya langsung di’acc tanpa dikomen atau direvisi. Waktu berlalu begitu cepat, 2 minggu kemudian laporan itu diujikan atau bahasa kerennya disidangkan, satu siswa satu penguji. Ujiannya gak begitu mengerikan, yang ditanyakan waktu ujian itu kebanyakan kebanyakan tentang kegiatan kita di tempat prakerin. Artinya cuma sedikit pertanyaan yang nyambung sama isi laporan. Ya ampuun… dan sekali lagi Saya tegaskan, isi dan kerapihan laporan itu gak ngaruh pada nilai rupanya. Keluar dari ruang sidang serasa pengen Saya telen itu laporan. Geregetan gak ketulungan. Kita udah bikin laporan bagus-bagus, berapa kali revisi, dibuat sok perfect tapi yang dilihat sama penguji cuma halaman depan, alias ngeliat judulnya doang.
Setelah selesai tentu ada yang namanya laporan prakerin, fortunately judul Saya langsung di’acc tanpa dikomen atau direvisi. Waktu berlalu begitu cepat, 2 minggu kemudian laporan itu diujikan atau bahasa kerennya disidangkan, satu siswa satu penguji. Ujiannya gak begitu mengerikan, yang ditanyakan waktu ujian itu kebanyakan kebanyakan tentang kegiatan kita di tempat prakerin. Artinya cuma sedikit pertanyaan yang nyambung sama isi laporan. Ya ampuun… dan sekali lagi Saya tegaskan, isi dan kerapihan laporan itu gak ngaruh pada nilai rupanya. Keluar dari ruang sidang serasa pengen Saya telen itu laporan. Geregetan gak ketulungan. Kita udah bikin laporan bagus-bagus, berapa kali revisi, dibuat sok perfect tapi yang dilihat sama penguji cuma halaman depan, alias ngeliat judulnya doang.
Jurusan multimedia itu pilihan tempat prakerinnya luas, bisa
di Studio Foto, Percetakan, Radio, Tv, Toko Elektronik, Tempat servis computer.
Bahkan ada juga yang prakerin di instansi pemerintahan seperti Kantor Pemda,
Kantor Pajak, Pengadilan dan biasanya disana dapat uang jajan. Tapi agak susah
bikin laporannya. Jadi tinggal milih aja, mau dapat uang jajan tapi dipersulit
pas bikin laporan, atau mau gak dapat uang jajan tapi bikin laporan lancar?
Bikin film pendek
Tugas 3 tahunan ini sudah Saya tunggu-tunggu bahkan sejak
kelas 1. Bikin film adalah kegiatan yang selalu Saya damba-dambakan. Hingga
saatnya tiba, ternyata membuat film itu tidak semudah ngiris-ngiris batagor di
warung the Ita. sebagai orang yang sok sempurna Saya pengen bikin film yang
nyambung dengan judul pelajarannya yaitu menerapkan efek khusus pada objek produksi.
Waktu itu Saya bikin film misteri. Biar banyak efek-efeknya gitu. Ide ceritanya
sih udah bagus ya, Sayang eksekusinya gagal. Salah siapa? Ya salah Saya wong
yang bikin cerita itu Saya, yang jadi sutradara’nya juga Saya. >Movie
director wanna be<.
UJKOM
Salah satu moment yang paling menegangkan dalam hidup adalah saat-saat menjelang ujkom. Ini bener lho, menghadapi ujkom itu lebih panik daripada menghadapi ujian nasional. Yang ada dipikiran Saya hanyalah para penguji berwajah jutek yang siap membantai Saya habis-habisan, mencerca semua hasil kerjaan Saya dan oh tidakk…. Tapi bagi orang lain mungkin tidak semengerikan itu, kecuali kalau kalian bernasib sama kayak Saya. Seminggu menjelang ujkom adalah hari-hari yang penuh kepanikan, kegalauan dan kebingungan dimana setiap orang menerka-nerka kapan mereka akan diuji, apakah hari pertama, kedua, dan seterusnya. Hingga pada hari Kamis salah satu guru produktif yang lumayan kece dan masih single (waktu itu hehe) minjem flashdisk Saya, beliau mau ngopi jadwal ujkom dari laptop Ibu kaprog ke laptopnya, sengaja atau tidak tapi si Bapak itu lupa menghapusnya. Setelah Saya baca2, dijadwal itu kalau gak salah Saya kebagian diuji hari Selasa. Ya lumayan bisa ngelihat orang lain dulu, ngelihat gimana cara presentasinya, gimana para penguji menghajar setiap siswa, dll. Hingga Setanpun datang menghampiri, menghasut Saya untuk membocorkan jadwal itu ke teman-teman lain. Biar dianggap sebagai anak baik maksudnya, gak ada salahnya berbuat baik pada setiap orang apalagi di saat-saat terakhir sebelum kita menginggalkan sekolah tercinta ini, tapi kebaikan dengan cara buruk itu akhirnya menjadi boomerang bagi diri Saya sendiri. Isu kebocoran jadwal sudah tercium oleh para guru produktif dan sepertinya anak-anak kelompok lain memang pada ember banget pake bilang2 dapet itu jadwal dari Saya. Hukum karma ternyata benar-benar berlaku, hari berikutnya Saya dapat kabar buruk dari kelompok yang kebagian pemadatan pagi. Mereka bilang jadwalnya diubah lagi dan jadi Saya yang pertama diuji. OMG Saya sempat gak percaya, tapi kenyataannya memang demikian, SAYA DIUJI HARI PERTAMA, ORANG PERTAMA, tapi project CD Interaktif punya Saya juga selesainya pertama :D.
Salah satu moment yang paling menegangkan dalam hidup adalah saat-saat menjelang ujkom. Ini bener lho, menghadapi ujkom itu lebih panik daripada menghadapi ujian nasional. Yang ada dipikiran Saya hanyalah para penguji berwajah jutek yang siap membantai Saya habis-habisan, mencerca semua hasil kerjaan Saya dan oh tidakk…. Tapi bagi orang lain mungkin tidak semengerikan itu, kecuali kalau kalian bernasib sama kayak Saya. Seminggu menjelang ujkom adalah hari-hari yang penuh kepanikan, kegalauan dan kebingungan dimana setiap orang menerka-nerka kapan mereka akan diuji, apakah hari pertama, kedua, dan seterusnya. Hingga pada hari Kamis salah satu guru produktif yang lumayan kece dan masih single (waktu itu hehe) minjem flashdisk Saya, beliau mau ngopi jadwal ujkom dari laptop Ibu kaprog ke laptopnya, sengaja atau tidak tapi si Bapak itu lupa menghapusnya. Setelah Saya baca2, dijadwal itu kalau gak salah Saya kebagian diuji hari Selasa. Ya lumayan bisa ngelihat orang lain dulu, ngelihat gimana cara presentasinya, gimana para penguji menghajar setiap siswa, dll. Hingga Setanpun datang menghampiri, menghasut Saya untuk membocorkan jadwal itu ke teman-teman lain. Biar dianggap sebagai anak baik maksudnya, gak ada salahnya berbuat baik pada setiap orang apalagi di saat-saat terakhir sebelum kita menginggalkan sekolah tercinta ini, tapi kebaikan dengan cara buruk itu akhirnya menjadi boomerang bagi diri Saya sendiri. Isu kebocoran jadwal sudah tercium oleh para guru produktif dan sepertinya anak-anak kelompok lain memang pada ember banget pake bilang2 dapet itu jadwal dari Saya. Hukum karma ternyata benar-benar berlaku, hari berikutnya Saya dapat kabar buruk dari kelompok yang kebagian pemadatan pagi. Mereka bilang jadwalnya diubah lagi dan jadi Saya yang pertama diuji. OMG Saya sempat gak percaya, tapi kenyataannya memang demikian, SAYA DIUJI HARI PERTAMA, ORANG PERTAMA, tapi project CD Interaktif punya Saya juga selesainya pertama :D.
Tapi sekali lagi Saya inget, disetiap kejadian pasti ada
hikmahnya. Waktu itu penguji eksternalnya dari sebuah perguruan tinggi swasta di
Tasikmalaya, ya karena jarak Tasik-Garut itu gak selebar mangkok bakso, jadi
wajar kalau mereka telat datang. Al hasil ujian dimulai meski tanpa penguji
eksternal. Hal ini benar-benar Saya syukuri karena bagaimanpun juga ketiadaan
penguji eksternal itu bisa menurunkan ketegangan sekitar 0,99%.
Hari-hari pembantaian itu berlalu berlalu, satu minggu
kemudian nilai diumumkan, ditempel di jendela lab. Hari itu adalah hari yang
benar-benar mellow, lebih dari mellow ini udah tingkat gellow. betapa
terkejutnya Saya melihat lembaran kertas itu, gregetan luar biasa, serasa
pengen Saya telen tuh kertas sama jendelanya sekalian(?). Nilai Saya sih gak
ancur-ancur amat ya, Cuma pas dibandingin sama nilai-nilai orang lain yang tak
terduga oh rasa kecewa itu menghantamku bertubi-tubi *ngenesnya tuh disini*
sampai sekarang Saya masih teguh dengan kesimpulan bahwa presentasi, kerapihan
laporan, dan kelengkapan elemen MM semuanya GAK NGARUH sama nilai. Banyak
hal-hal tak terduga, siswa yang presentasinya seadanya, ditanya gak bisa jawab,
hasil karyanya juga menurut Saya (dan menurut kebanyakan orang lainnya)
biasa-biasa aja tapi dapat nilai yang luar biasa. Saya bahkan gak ngerti apa
yang dinilai dari ujian ini. Itulah yang disebut dengan misteri para penguji.
Setelah itu Saya merenung, ceritanya flashback ke masa-masa
dulu, mengingat semua tugas2 dan project2 yang telah kita kerjakan selama di
MM. Hasilnya Saya baru enggeh kalau yang namanya di industri kreatif yang
menjadi penentu bagus atau tidaknya sebuah karya itu bukan terletak pada teknik
atau apanya, tapi tergantung audiens’nya. Selera mereka lebih menentukan
segalanya, sedangkan Saya, Saya adalah makhluk mahiwal yang gak bisa ngikutin
selera kebanyakan orang.
Sejak itu Saya mendeklarasikan diri untuk mundur dari MM. Seketika Saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Jurusan Hukum, jurusan yang paling direkomendasikan sama Ibu. Sebenarnya tidak masalah meski anak MM banting stir terlalu jauh. Tapi yang sulit dimengerti bagi kebanyakan orang adalah how could competence test score change your mind within few minutes. Apakah Saya membuat keputusan terlalu cepat? Hey Saya gak selabil itu, jauh-jauh hari sebelum melihat nilai ujkom itu Saya sudah memikirkan masalah jurusan hukum itu, tapi hati Saya belum ngena sepenuhnya, karena waktu itu Saya ini masih bener-bener cinta sama yang namanya MM. Cinta yang tulus sepenuh hati. Mencintai segala kelebihannya hingga mata Saya dibutakan dan gak bisa melihat kekurangan dan segala risikonya. Begitulah cerita singkat (agak panjang dikit sih) mengenai bagaimana nilai ujkom bisa membuka mata kita, mengubah cara pandang kita terhadap sesuatu yang selama ini selalu dikejar, dan mengubah keputusan kita hanya dalam waktu beberapa menit saja.
Sejak itu Saya mendeklarasikan diri untuk mundur dari MM. Seketika Saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Jurusan Hukum, jurusan yang paling direkomendasikan sama Ibu. Sebenarnya tidak masalah meski anak MM banting stir terlalu jauh. Tapi yang sulit dimengerti bagi kebanyakan orang adalah how could competence test score change your mind within few minutes. Apakah Saya membuat keputusan terlalu cepat? Hey Saya gak selabil itu, jauh-jauh hari sebelum melihat nilai ujkom itu Saya sudah memikirkan masalah jurusan hukum itu, tapi hati Saya belum ngena sepenuhnya, karena waktu itu Saya ini masih bener-bener cinta sama yang namanya MM. Cinta yang tulus sepenuh hati. Mencintai segala kelebihannya hingga mata Saya dibutakan dan gak bisa melihat kekurangan dan segala risikonya. Begitulah cerita singkat (agak panjang dikit sih) mengenai bagaimana nilai ujkom bisa membuka mata kita, mengubah cara pandang kita terhadap sesuatu yang selama ini selalu dikejar, dan mengubah keputusan kita hanya dalam waktu beberapa menit saja.
Waduh udah panjang banget ya, langsung closing aja ah. Jadi
sekolah disini telah memberikan Saya banyak pengalaman dan pelajaran berharga. Meski
akhirnya Saya tinggalkan juga itu dunia MM. Tapi masih banyak ilmu yang masih
bisa diterapkan sampai saat ini, seperti ngedit foto, bikin CD interaktif,
ngedit video, dll.